KERAJAAN SAMUDRA PASAI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah kedatangan
Islam, terjadi proses penyebaran yang begitu luas. Akibatnya tumbuh dan
berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam dikepulauan Indonesia. Kerajaan Islam
tersebut tumbuh dan berkembang di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku,
Sulawesi, dan Kalimantan.
Kerajaan islam di
Sumatra yang dimulai dari berita awal abad ke-16 dari Tome Pires dalam Sume
Oriental (1512-1515) mengatakan bahwa Sumatra, terutama disepanjang pesisir selat
Malaka dan pesisir barat Sumatra telah banyak kerajaan islam baik yang besar
maupun yang kecil. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Aceh, Bican, Lambri,
Pedir, Pirada, Pase, Aru, Arcat, Rupat, Siak, Kampar, Tongakal, Indragiri,
Jambi, Palembang, Andalas, Pariaman, Minangkabau, Tiku,
Panchur, dan Baru. Kerajaan-kerajaan
tersebut ada yang tengah mengalami perkembangan bahkan ada yang sedang
mengalami keruntuhan karena pergeseran politik satu dengan lainnya. Berdasarkan
sumber sejarah lainnya bahkan data arkeologis ada kerajaan Islam yang sudah
tumbuh sejak dua abad sebelum kehadiran Tome Pires, yaitu Kerajaan Islam
Samudra Pasai. Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat dipisahkan
dari letak geografisnya yang senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan
internasional melalui Selat Malaka yang sudah ada sejak abad-abad pertama
Masehi. Sejak abad ke-7 dan ke-8 Masehi para pedagang muslim dari Arabia, Persi
(Iran), dan dari negeri-negeri Tmur Tengah mulai memegang peranan penting. Dari
latar belakang inilah akan dibahas lebih jauh mengenai kerajaan islam kedua di
Indonesia yang sangat memiliki pengaruh terhadap kerajaan islam lainnya di
Nusantara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Awal masuk Islam di Kerajaan
Samudra Pasai?
2. Seperti apa Proses berkembangnya
Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang?
3. Siapa saja Raja- raja yang berpengaruh
di Kerajaan Samudra Pasai?
4. Bagaiamana keadaan Puncak kejayaan
Kerajaan Samudra Pasai?
5. Factor apa yang mempengaruhi Kemunduran
Kerajaan Samudra Pasai?
6. Apa saja Peninggalan dari Kerajaan
Samudra Pasai?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai
Kedatangan Islam di
berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad ke-7 dan 8, Selat
Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke
negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman
T’ang, pada abad-abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di
Kanton maupun di daerah Sumatera.
Di Sumatera, daerah
yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera.
Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari
Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa
pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera,
Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu
sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam
di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan masyarakat. Di Pasai
agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau
pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan. Dalam
perkembangan selanjutnya, berdirilah kerajaan Samudera Pasai.
Samudera Pasai didirikan oleh Nizamudin
Al-Kamil pada tahun 1267. Nizamudin Al-Kamil adalah seorang laksmana angkatan
laut dari Mesir sewaktu dinasti Fatimiyah berkuasa. Ia ditugaskan untuk merebut
pelabuhan Kambayat di Gujarat pada tahun 1238 M. Setelah itu, ia mendirikan
kerajaan Pasai untuk menguasai perdagangan Lada. Dinasti Fatimiyah merupakan
dinasti yang beraliran paham Syiah, maka bisa dianggap bahwa pada waktu itu
Kerajaan Pasai juga berpaham Syiah. Akan tetapi, pada saat ada ekspansi ke
daerah Sampar Kanan dan Sampar Kiri sang laksamana Nizamudin Al-Kamil gugur.
Setelah keruntuhan
dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah pada tahun 1284, dinasti Mamuluk yang
bermadzhab Syafi’I berinisiatif mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pasai. Selain
untuk menghilangkan pengaruh Syiah, penaklukan ini juga bertujuan untuk
menguasai pasar rempah-rempah dan lada dan pelabuhan Pasai. Maka, Syekh Ismail
bersama Fakir Muhammad menunaikan tugas tersebut. Mereka akhirnya dapat merebut
Pasai. Selanjutnya dinobatkanlah Marah Silu sebagai raja Samudera Pasai yang
pertama oleh Syekh Ismail. Setelah Marah Silu memeluk Islam dan dinobatkan
menjadi raja, dia diberi gelar “Malikus Saleh” pada tahun 1285. Nama ini adalah
gelar yang dipakai oleh pembangunan kerajaan Mamuluk yang pertama di Mesir
yaitu “Al Malikus Shaleh Ayub”.
Ada kisah-kisah
menarik yang diterangkan dalam Hikayat Raja Pasai seputar Marah Silu.
Kisah-kisah ini nyaris di luar nalar dan beraroma mistis. Seperti adanya sabda
Rasulullah yang menaubatkan berdirinya kerajaan Samudera Pasai ataupun kisah
Merah Silu yang tanpa diajari siapapun mampu membaca Al Quran 30 juz dengan
sempurna. Terlepas dari itu, Malik As Saleh kemudian berpindah paham, dari
Syiah menjadi paham Syafi’i. Maka aliran paham di Kerajaan Samudera Pasai yang
semula Syiah berubah menjadi paham Syafi’I yang sunni.
B. Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai
di segala bidang
Dengan timbulnya
Kerajaan Samudra Pasai maka Kesultanan Perlak mengalami kemunduran. Samudra
Pasai tampil sebagai bandar dagang utama di pantai timur Sumatra Utara. Samudra
Pasai tidak hanya menjadi pusat perdagangan lada ketika itu, tetapi juga
sebagai pusat pengembangan agama Islam bermazhab Syafi’i.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al
Saleh berkembanglah agama Islam mazhab Syafi’i. Awalnya Sultan Malik Al Saleh
merupakan pemeluk Syi’ah yang di bawa dari pedagang-pedagang Gujarat yang
datang ke Indonesia pada abad 12. Pedagang-pedagang Gujarat bersama-sama
pedagang Arab dan Persia menetap di situ dan mendirikan kerajaan-kerajaan Islam
pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak di muara Sungai Perlak dan Kerajaan
Samudra Pasai di muara Sungai Pasai. Namun kemudian Sultan Malik Al Saleh
berpindah menjadi memeluk Islam bermazhab Syafi’i atas bujukan Syekh Ismail
yang merupakan utusan Dinasti Mameluk di Mesir yang beraliran mazhab Syafi’i.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh juga Samudra Pasai mendapat
kunjungan dari Marco Polo.
1. Kehidupan Politik
Raja pertama samudra
pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah silu bergelar sultan Malik al
Saleh, dan memerintah antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan Sultan
Malik Al Saleh, kerajaan tersebut telah memiliki lembaga Negara yang teratur
dengan angkatan perang laut dan darat yang kuat, meskipun demikian, secara
politik kerajaan Samudra Pasai masih berada dibawah kekuasaan Majapahit. Pada
tahun 1295, Sulthan malik al saleh menunjuk anaknya sebagai raja, yang kemudian
dikenal dengan Sultan Malik Al Zahir I (1297-1326), Pada masa pemerintahannya
samudra pasai berhasail menaklukkan kerajaan islam Perlak.
Setelah sultan Malik Al Zahir I mangkat,
Pimpinan kerajaan diserahkan kepada Sultan ahmad laikudzahir yang bergelar
Sulthan Malik Al Zahir II (1326-1348)
2. Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang
strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke dunia
maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang digunakan untuk
:
·
Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
·
Mengurus soal – soal atau masalah – masalah perkapalan
·
Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke
luar negeri
·
Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke
beberapa daerah di
Indonesia
Tahun 1350 M
merupakan masa puncak kebesaran kerajaan Majapahit, masa itu juga merupakan
masa kebesaran Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai juga
berhubungan langsung dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk mengamankan diri
dari ancaman Kerajaan Siam yang daerahnya meliputi Jazirah Malaka.
Perkembangan ekonomi masyarakat
Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat, sehingga selalu menjadi perhatian
sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di sekitarnya. Setelah Samudera
Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke
Bandar Malaka.
3. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial
masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan dan okum –
okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan
sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah
sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
4. Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai
Puncak Kejayaan
Samudra Pasai Puncak kejayaan kerajaan samudra pasai ini ditandai dengan adanya
perkembangan dibidang-bidang kehidupan kerajaan Samudra pasai, seperti ;
1)
Di bidang perekonomian dan perdagangan
Dalam segi ekonomi
perkembangan kerajaan Samudra Pasai ini ditandai dengan sudah adanya mata uang
yang diciptakan sendiri untuk alat pembayaran yang terbuat dari emas, uang ini
dinamakan Dirham. Selain itu, ditandai juga dengan berkembangnya Kerajaan
Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan internasional pada masa pemerintahan
Sultan Malikul Dhahir, dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama.
Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap
tahunnya, selain komoditas lain seperti sutra, kapur barus, dan emas yang
didatangkan dari daerah pedalaman. Bukan hanya perdagangan ekspor-impor yang
maju. Sebagai bandar dagang yang maju. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang
Pulau Jawa juga terjalin. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada.
Pedagang -pedagang Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di pelabuhan Samudera
Pasai. Mereka dibebaskan dari pembayaran cukai.
2) Di bidang sosial dan budaya
Kehidupan sosial
masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan–aturan dan hukum –
hukum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan
sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah
sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah. Kerajaan Samudera
Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa orang
berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis
karya mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan
hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai
(HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP
menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa
Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk
menuliskan buku-bukunya. Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
3) Di bidang agama
Sesuai dengan berita
dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur Tengah, telah
berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan hal
itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan
agama Islam sesuai dengan Mahzab Syafi’I dan ia selalu di kelilingi oleh
ahli-ahli teologi Islam. Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun
memeluk Islam untuk menunjukan kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja.
Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas, sehingga penyebaran
agama Islam di wilayah Asia Tenggara menjadi luas.
4) Di bidang politik
Pada masa pemerintahan
Sultan Malik as-Shalih telah terjalin hubungan baik dengan Cina. Diberitakan
bahwa Cina telah meminta agar Raja Pasai untuk mengirimkan dua orang untuk
dijadikan duta untuk Cina yang bernama Sulaeman dan Snams-ad-Din. Selain dengan
Cina, Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan baik dengan negeri-negeri
Timur Tengah. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir, ahli agama
mulai dari berbagai negeri di Timur Tengah salah satunya dari Persi (Iran) yang
bernama Qadi Sharif Amir Sayyid dan Taj-al-Din dari Isfahan. Hubungan
persahatan Kerajaan Samudra Pasai juga terjalin dengan Malaka bahkan mengikat
hubungan perkawinan.
Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
1. Faktor Interen Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
a. Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan
Terkenal Setelah Sultan Malik At Thahrir
Kerajaan
Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Malik At Tahrir, sistem pemerintahan Samudera Pasai sudah teratur baik,
Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan internasional. Pedagang-pedagang dari
Asia, Afrika, China, dan Eropa berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang
dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari
Jawa ditukar dengan lada.
Setelah Sultan Malik
At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap dalam meminmpin kerajaan
Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran penyebaran agama Islam diambil alih
oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera
Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi kerajaan yang mulai
merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan maju. Pemerintahan baru
tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat
Syah. Kesultanan Aceh Darussalam sendiri dibangun di atas puing-puing
kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan
Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan
Indrapura. Pada 1524, Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali
Mughayat Syah menyerang Kesultanan Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran
Kerajaan Samudera Pasai semakin meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat
itu, Kesultanan Samudera Pasai berada di bawah kendali kuasa Kesultanan Aceh
Darussalam.
b. Terjadi Perebutan kekuasaan
Pada tahun 1349
Sultan Ahmad Bahian Syah malik al Tahir meninggal dunia dan digantikan putranya
yang bernama Sultan Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir. Bagaimana
pemerintahan Sultan Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui. Rupanya menjelang
akhir abad ke-14 Samudra Pasai banyak diliputi suasana kekacauan karenaa
terjadinya perebutan kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari berita-berita Cina.
Beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Samudra Pasai, yaitu
pemberontakan yang dilakukan sekelompok orang yang ingin memberontak kepada
pemerintahan kerajaan Samudra Pasai. Karena pemberontakan ini, menyebabkan
beberapa pertikaian di Kerajaan Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang
saudara yang membuat pertumpahan darah yang sia-sia. Untuk mengatasi hal ini,
Sultan Kerajaan Samudra Pasai waktu itu melakukan sesuatu hal yang bijak, yaitu
meminta bantuan kepada Sultan Malaka untuk segera menengahi dan meredam
pemberontakan. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah
ditaklukkan oleh Portugal tahun1521 yang sebelumnya telah
menaklukan Malaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah
Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.
2.
Faktor Eksteren kemunduran Kerajaan
Samudra Pasai
a. Serangan dari Majapahit Tahun 1339
Kejayaan Kerajaan
Samudera Pasai mulai mengalami ancaman dari Kerajaan Majapahit dengan Gajah
Mada sebagai mahapatih. Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan pada
periode 1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat oleh
Jayanegara. Pada 1331, Gajah Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika
Majapahit dipimpin oleh Ratu Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gajah Mada
menjadi Mahapatih Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah
Palapa, yaitu bahwa Gajah Mada tidak akan menikmati buah palapa sebelum seluruh
Nusantara berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gajah Mada
rupanya sedikit terusik mendengar kabar tentang kebesaran Kerajaan Samudera
Pasai di seberang lautan sana. Majapahit khawatir akan pesatnya kemajuan
Kerajaan Samudera Pasai. Oleh karena itu kemudian Gajah Mada mempersiapkan rencana
penyerangan Majapahit untuk menaklukkan Samudera Pasai. Desas-desus tentang
serangan tentara Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa, terhadap kerajaan
Islam Samudera Pasai santer terdengar di kalangan rakyat di Aceh. Ekspedisi
Pamalayu armada perang Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih Gajah Mada
memulai aksinya pada 1350 dengan beberapa tahapan.
Serangan awal yang
dilakukan Majapahit di perbatasan Perlak mengalami kegagalan karena lokasi itu
dikawal ketat oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Namun, Gajah Mada tidak
membatalkan serangannya. Ia mundur ke laut dan mencari tempat lapang di pantai
timur yang tidak terjaga. Di Sungai Gajah, Gajah Mada mendaratkan pasukannya
dan mendirikan benteng di atas bukit, yang hingga sekarang dikenal dengan nama
Bukit Meutan atau Bukit Gajah Mada.
Gajah Mada
menjalankan siasat serangan dua jurusan, yaitu dari jurusan laut dan jurusan
darat. Serangan lewat laut dilancarkan terhadap pesisir di Lhokseumawe dan
Jambu Air. Sedangkan penyerbuan melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah
yang terletak di antara Perlak dan Pedawa. Serangan dari darat tersebut
ternyata mengalami kegagalan karena dihadang oleh tentara Kesultanan Samudera
Pasai. Sementara serangan yang dilakukan lewat jalur laut justru dapat mencapai
istana.
Selain alasan faktor
politis, serangan Majapahit ke Samudera Pasai dipicu juga karena faktor
kepentingan ekonomi. Kemajuan perdagangan dan kemakmuran rakyat Kerajaaan
Samudera Pasai telah membuat Gajah Mada berkeinginan untuk dapat menguasai kejayaan
itu. Ekspansi Majapahit dalam rangka menguasai wilayah Samudera Pasai telah
dilakukan berulangkali dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu bertahan
sebelum akhirnya perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya pengaruh
Majapahit di Selat Malaka.
Hingga menjelang abad
ke-16, Kerajaan Samudera Pasai masih dapat mempertahankan peranannya sebagai
bandar yang mempunyai kegiatan perdagangan dengan luar negeri. Para ahli
sejarah yang menumpahkan minatnya pada perkembangan ekonomi mencatat bahwa
Kerajaan Samudera Pasai pernah menempati kedudukan sebagai sentrum kegiatan
dagang internasional di nusantara semenjak peranan Kedah berhasil dipatahkan.
Namun, kemudian
peranan Kerajaan Samudera Pasai yang sebelumnya sangat penting dalam arus
perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan dunia mengalami kemerosotan dengan
munculnya bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu Bandar Malaka segera
menjadi primadona dalam bidang perdagangan dan mulai menggeser kedudukan Pasai.
Tidak lama setelah Malaka dibangun, kota itu dalam waktu yang singkat segera
dibanjiri perantau-perantau dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat
yang diperoleh Malaka tersebut, posisi dan peranan Kerajaan Samudera Pasai kian
lama semakin tersudut, nyaris seluruh kegiatan perniagaannya menjadi kendor dan
akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka sejak tahun 1450. Apalagi ditambah
kedatangan Portugis yang berambisi menguasai perdagangan di Semenanjung Melayu.
Orang-orang Portugis yang pada 1521 berhasil menduduki Kesultanan Samudera
Pasai.
b. Berdirinya Bandar Malaka yang
Letaknya Lebih Strategis
Tercatat, selama abad
13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah satu kota di
wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Pasai menjadi
pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor
utama.
Letak geografis
kerajaan samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera bagian utara
berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak Kerajaan
Samudera Pasai yang strategis, mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun
langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar
yang digunakan untuk:
1) Menambah perbekalan pelayaran
selanjutnya
2) Mengurus masalah – masalah
perkapalan
3) Mengumpulkan barang – barang
dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
4) Menyimpan barang – barang
dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia.
Namun Setelah
kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka pusat perdagangan
dipindahkan ke Bandar Malaka. Dengan beralihnya pusat perdagangan ke Bandar
Malaka maka perekonomian di Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya yang
lebih strategis dibanding bandar-bandar di Samudra Pasai.
c. Serangan Portugis
Orang-orang Portugis
memanfaatkan keadaan kerajaan Samudra Pasai yang sedang lemah ini karena adanya
berbagai perpecahan (kemungkinan karena politik / kekuasaan) dengan menyerang
kerajaan Samudra Pasai hingga akhirnya kerajaan Samudra Pasai runtuh.
Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah menaklukan kerajaan Malaka, yang
merupakan kerajaan yang sering membantu kerajaan Samudra Pasai dan menjalin
hubungan dengan kerajaan Samudra Pasai.
Orang-orang Portugis
datang ke Malaka, karena telah mengetahui bahwa pelabuhan Malaka merupakan
pelabuhan transito yang banyak didatangi pedagang dari segala penjuru angin.
Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan itu diberikan mengingat
peranannya sebagai jalan lalu lintas bagi pedagang-pedagang asing yang hendak
masuk dan keluar pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Malaka pada akhir abad ke-15
dikunjungi oleh para saudagar yang datang dari Arab, India, Asia Tenggara dan
saudagar-saudagar Indonesia. Hal ini sangat menarik perhatian orang-orang
Portugis.
Maksud Portugis untuk
menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan melalui selat
Malaka.Kedatangan orang-orang Portugis di bawah pimpinan Diego Lopez de Squeira
ke Malaka atas perintah raja Portugis, bertujuan untuk membuat
perjanjian-perjanjian dengan penguasa-penguasa di Malaka. Perjanjian-perjanjian
ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu izin perdagangan yang menguntungkan
kedua belah pihak. Jadi semboyan orang-orang Portugis untuk meluaskan daerah
pengaruhnya tidak hanya bermotif penyebaran agama akan tetapi terutama motif
ekonomi.
5. Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai
1. Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudera Pasai diyakini pernah berjaya dibuktikan dengan beberapa
peninggalan dari kerajaan tersebut. Sayangnya, kerajaan Samudra Pasai tidak
banyak meninggalkan batu prasasti sebagai peninggalan bersejarah. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah setempat terhadap
bukti- bukti peninggalan sejarah. Peneliti independen dari pusat informasi
Samudra Pasai Heritage Lhouksemawe, Taqiyuddin mengungkapkan benda peninggalan
bersejarah Kerajaan Samudera Pasai tersebar di hampir seluruh wilayah Aceh,
khususnya Aceh Utara. Namun, sampai saat ini belum ada upaya untuk menggali dan
meneliti peninggalan bersejarah tersebut. Umumnya peninggalan bersejarah Samudera
Pasai berupa nisan bertuliskan kaligrafi arab gundul yang khas. (Mohamad
Burhanuddin,2011).
Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh
agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang
kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara
karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini
diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. Hikayat Raja Pasai ini
dapatlah dibagi menjadi tiga bagian yaitu mengenai asal usul pembukaan
negeri-negeri Pasai dan Samudera, pengislaman Merah Silau dan kejatuhan
kerajaan Pasai ke Majapahit. Hikayat Raja Pasai ini juga berisi
kisah-kisah mitos seperti kelahiran Puteri Buluh Betung, mitos pembukaan negeri
Samudera (semut besar), silsilah raja-raja Majapahit dan legenda tokoh-tokoh
Tun Beraim Bapa, Sultan Ahmad dan Sultan Malikul Saleh yang seharusnya
dipercayai dalam wujud realiti sejarah Samudera-Pasai. HRP menandai dimulainya
perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu
Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum
Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas mencerminkan
sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudra Pasai dalam posisinya sebagai
pusat pertumbuhan Islam di Asia Tenggarapada masa itu.
Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi
oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan
Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar,
Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini
digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Uang dirham juga menjadi
peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang menandakan kekuatan ekonomi pada saat
itu. Pada satu sisi dirham atau mata uang emas itu tertulis; Muhammad Malik
Al-Zahir. Sedangkan di sisi lainnya tercetak nama Al-Sultan Al-Adil. Diameter
Dirham itu sekitar 10 mm dengan berat 0,60 gram dengan kadar emas 18 karat.
Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat
perkembangan agama Islam. Banyak makam – makam para pemimpin kerajaan Samudra
Pasai yang merupakan bukti nyata adanya kerajaan Samudra Pasai. Beberapa makam
terseut adalah :
a. Makam Sultan Malik AL-Saleh
Makam Malik Al-Saleh terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17
km sebelah timur Lhokseumawe. Nisan makam sang sultan ditulisi huruf Arab.
b. Makam Sultan Maulana Al Zhahir
Malik Al-Zahir adalah putera Malik Al- Saleh, Dia memimpin Samudera Pasai sejak
1287 hingga 1326 M. Pada nisan makamnya yang terletak bersebelahan dengan makam
Malik Al-Saleh, tertulis kalimat; Ini adalah makam yang dimuliakan Sultan Malik
Al-Zahir, cahaya dunia dan agama. Al-Zahir meninggal pada 12 Zulhijjah 726 H
atau 9 November 1326.
c. Makam Nahriyah
Nahrisyah adalah seorang ratu dari Kerajaan Samudera Pasai yang memegang pucuk
pimpinan tahun 1416-1428 M. Ratu Nahrisyah dikenal arif dan bijak. Ia bertahta
dengan sifat keibuan dan penuh kasih sayang. Harkat dan martabat perempuan
begitu mulia pada masanya sehingga banyak yang menjadi penyiar agama pada masa
tersebut. Makamnya terletak di Gampông Kuta Krueng, Kecamatan Samudera ± 18 km
sebelah timur Kota Lhokseumawe, tidak jauh dari Makam Malikussaleh . Surat
Yasin dengan kaligrafi yang indah terpahat dengan lengkap pada nisannya.
Tercantum pula ayat Qursi, Surat Ali Imran ayat 18 19, Surat Al-Baqarah ayat
285 286, dan sebuah penjelasan dalam aksara Arab yang artinya, “Inilah makam
yang suci, Ratu yang mulia almarhumah Nahrisyah yang digelar dari bangsa chadiu
bin Sultan Haidar Ibnu Said Ibnu Zainal Ibnu Sultan Ahmad Ibnu Sultan Muhammad
Ibnu Sultan Malikussaleh, mangkat pada Senin 17 Zulhijjah 831 H” (1428 M).
d. Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul
Nillah
Teungku Sidi Abdullah Tajul Milah berasal dari Dinasti Abbasiyah dan merupakan
cicit dari khalifah Al-Muntasir yang meninggalkan negerinya ( Irak ) karena
diserang oleh tentara Mongolia. Beliau berangkat dari Delhi menuju Samudera
Pasai dan mangkat di Pasai tahun 1407 M. Ia adalah pemangku jabatan Menteri
Keuangan. Makamnya terletak di sebelah timur Kota Lhokseumawe. Batu nisannya
terbuat dari marmer berhiaskan ukiran kaligrafi, ayat Qursi yang ditulis
melingkar pada pinggiran nisan. Sedangkan di bagian atasnya tertera kalimat Bismillah
serta surat At-Taubah ayat 21-22.
e. Makam Naina Hasanuddin
Naina Hasamuddin
wafat pada bulan Syawal 823 H ( 1420 M ). Makam beliau terletak di Gampong Mns.
Pie Kecamatan Samudera kabupaten Aceh Utara , dalam komplek makam terdapat 12
batu pusara. Situs makam ini berhiaskan ornamen dan kaligrafi ayat Kursi di
atas batu pualam, ditambah dengan sepotong sajak berbahasa Parsi berisikan
petuah mati bagi yang hidup, Sajak tersebut ditulis penyair Iran Syech Muslim
Al-Din Sa’di (1193-1292) yang diterjemahkan oleh sejarawan Ibrahim Alfian:
Tiada terhitung bilangan tahun melintasi bumi, Laksana mata air mengalir dan
semilir angin lalu, Bila kehidupan hanyalah separangkat kumpulan hari-hari
manusia, Mengapa penyinggah bumi ini menjadi angkuh? Oh, sahabat! Jika kau
lewat makam seorang musuh, Janganlah bersuka cita, sebab hal yang sama jua akan
menimpamu, Wahai yang bercelik mata dengan kesombongan, Debu-debu akan merasuki
tulang belulang Laksana pupur cetak memasuki kotak penyimpanannya. Barangsiapa
menyombongkan diri dengan hiasan bajunya, Esok hari jasadnya yang terkubur
hanya tinggal menguap.
Dunia sarat persaingan dan sedikit kasih sayang, Ketika tersadar ia terkapar tanpa daya.
Dunia sarat persaingan dan sedikit kasih sayang, Ketika tersadar ia terkapar tanpa daya.
Demikianlah sesungguhnya jasad yang kau
lihat terbujur berkalang tanah Barang siapa memenuhi peristiwa penting ini dari
kehidupannya nanti, Kemanakah ia harus menghindar? Tak ada yang mampu memberi
pertolongan, kecuali amal shaleh. Saidi bernaung dibawah bayang Allah yang maha
pemurah Yaa Rabbi, janganlah siksa hambamu-Mu yang malang dan tak berdaya ini Dosa
senantiasa berasal dari kami, sedang engkau penuh limpahan belas kasih.
f. Makam Perdana Menteri
Situs ini disebut juga Makam Teungku Yacob. Beliau adalah seorang Perdana
Menteri pada zaman Kerajaan Samudera Pasai sehingga makamnya digelar Makam
Perdana Menteri. Beliau mangkat pada bulan Muharram 630 H (Augustus 1252 M). Di
lokasi ini terdapat 8 buah batu pusara dengan luas pertapakan 8 x 15 m.
Nisannya bertuliskan kaligrafi indah surat Al-Ma’aarij ayat 18-23 dan surat
Yasin ayat 78-81.
1. Makam Teungku Peuet Ploh Peuet
2. Makam Said Syarif
3. Makam Teungku Diboih
Makam Teungku Di Iboih adalah milik Maulana Abdurrahman Al-Fasi. Sebagian
arkeolog berpendapat bahwa makam ini lebih tua daripada makam Malikussaleh.
Makam ini terletak di Gampông Mancang, Kecamatan Samudera ± 16 km sebelah Timur
Kota Lhokseumawe. Batu nisannya dihiasi dengan kaligrafi yang indah terdiri
dari ayat Qursi, surat Ali Imran ayat 18, dan surat At-Taubah ayat 21-22.
g. Makam Batte
Makam ini merupakan
situs peninggalan sejarah Kerajaan Samudera Pasai. Tokoh utama yang dimakamkan
pada Situs Batee Balee ini adalah Tuhan Perbu yang mangkat tahun 1444 M.
Lokasi di desa Meucat
Kecamatan Samudera ± sebelah Timur Kot Lhokseumawe. Diantara nisan-nisan
tersebut ada yang bertuliskan kaligrafi yang indah yang terdiri dari surat
Yasin, Surat Ali Imran, Surat Al’Araaf, Surat Al-Jaatsiyah dan Surat Al-Hasyr.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kerajaan Samudra
Pasai muncul pada abad ke 13 Masehi ketika Kerajaan Sriwijaya hancur. Kota
Kerajaan di sebut Pasai, sekarang ini letaknya di Desa Beuringen Kec. Samudera
Geudong Kab. Aceh Utara Provinsi Aceh. Wilayah Kekuasaan Kesultanan Pase
(Pasai) pada masa kejayaannya sekitar abad ke 14
terletak di daerah yang diapit oleh dua sungai besar di pantai Utara Aceh,
yaitu sungai Peusangan dan sungai Jambo Aye, jelasnya Kerajaan Samudra Pasai adalah daerah aliran sungai yang hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab. Aceh Tengah daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
terletak di daerah yang diapit oleh dua sungai besar di pantai Utara Aceh,
yaitu sungai Peusangan dan sungai Jambo Aye, jelasnya Kerajaan Samudra Pasai adalah daerah aliran sungai yang hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab. Aceh Tengah daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam
di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan masyarakat. Di Pasai
agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau
pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan.
B. Saran
Kita sebagai
mahasiswa khususnya pendidikan sejarah harus mengetahui tentang awal berdirinya
suatu kerajaan dengan mengusung corak agama islam yang seperti kita tahu bahwa
islam menjadi negara mayoritas didunia. Kita bisa belajar tentang bagaimana
suatu kerajaan dalam memulai suatu pemeritahan hingga mencapai puncak kejayaan
yang memerlukan waktu yang sangat lama. Kita bisa mengambil pelajaran dari
peristiwa tersebut untuk kehidupan yang akan datang.